Adab-adab
itu adalah sebagai berikut :
1.
Berkumpul Pada Makanan.
Dari
Wahsyi bin Harbin bahwasannya para sahabat Nabi berkata :
"Wahai
Rasulullah kami makan tetapi tidak kenyang, Rasulullah bertanya : 'Barangkali
kalian makan sendiri-sendiri?' maka para sahabat menjawab : 'Benar' Rasulullah
bersabda : 'berkumpullah pada makanan kalian, berdzikirlah dengan menyebut nama
Allah U untuk makanan itu niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk
kalian." (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).
Hadits
yang menunjukkan pada barakahnya berkumpul pada makanan yaitu satu hadits yang
terdapat shahih bukhari dan muslim dari Abu Hurairah bahwasannya ia berkata
Rasulullah bersabda :
"Makanan
untuk dua orang mencukupi untuk tiga orang, makanan tiga orang mencukupi untuk
empat orang" (Bukhari)
Dalam
riwayat yang lain dalam shahih muslim dari jabir bin abdillah :
"Makanan
satu orang mencukupi untuk dua orang, makanan dua orang mencukupi untuk empat
orang, makanan empat orang mencukupi untuk delapan orang" (Muslim)
Imam
Nawawi berkata : "Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk tolong menolong
pada makanan, dan bahwasannya sekalipun makanan itu sedikit akan tercapai
kecukupan yang diinginkan, dan akan terdapat barakah yang meliputi orang-orang
yang hadir dalam makanan itu." (Syarah Imam Nawawi li Shahihil Muslim
14/23)
Ibnu
hajar berkata :
"Di
ambil dari hadits ini satu pengertian bahwasannya kecukupan itu akan timbul
dari barakahnya berkumpul pada makanan dan bahwasannya setiap kali yang
berkumpul itu semakin banyak maka bertambah pula barakahnya." (Fathul Bari
5/535 dengan sedikit perubahan)
Oleh
karena itu sebagian ulama berpendapat dianjurkannya berkumpul pada makanan dan
hendaknya seseorang tidak makan sendirian. (Fathul Bari 5/535)
2.
Membaca Bismillah Ketika Makan.
Rasulullah
bersabda :"Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah
atasnya niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian."
Oleh
karena itu tidak membaca bismillah pada makanan akan menghalangi diperolehnya
barakah pada makanan itu.
Hingga
bahwasannya setan (semoga Allah melindungi kita darinya) ikut serta dalam
memakan makanan itu, sebagaimana disebut dalam hadits shahih Muslim bahwasannya
Nabi bersanda :
"Sesunggunya
setan akan mengusai makanan dan ikut serta makan makanan itu jika tidak disebut
nama Allah." (Shahih Muslim 3/1597)
Imam
Nawawi berkata : "Makna hadits tersebut adalah setan akan ikut makan
makanan itu jika seseorang makan dengan tanpa menyebut nama Allah, adapun jika
seseorang menyebut nama Allah maka setan tidak akan menguasai makanan itu, dan
jika sekelompok orang makan bersama-sama sebagian mereka membaca bismillah dan
sebagian lainnya tidak membaca bismillah maka setan tidak akan mempu menguasai
makanan itu." (Syarah Nawawi li Shahihil Muslim 13/189,190)
Dan
Imam Nawawi memberi penjelasan lain tentang adab membaca bismillah dan
hukum-hukumnya, ia berkata : "Para ulama bersepakat disunnahkannya membaca
bismillah dipermulaan awal makan, jika seseorang tidak membaca bismillah diawal
kali makan entah itu karena sengaja atau lupa atau adanya penghalang lain, lalu
ia teringat di pertengahan saat ia makan maka dianjurkan untuk membaca :
"Dengan
nama Allah diawal dan diakhir makan".
Sebagaimana
dalam hadits Bahwasannya Rasulullah bersabda :
"Jika
salah seorang diantara kalian makan maka hendaklah membaca bismillah, jika ia
lupa diawalnya hendaklah membaca dengan nama Allah diawal dan akhir
makan." (Abu Dawud 4/139, Ibnu Majah 2/1087, Imam Ahmad dalam Musnadnya
6/208, Ad-Darimi 2/94, Hakim 4/108)
dan
dianjurkan pula untuk memperdengarkan bismillah agar dapat mengingatkan orang
lain dan agar dicontoh.
3.
Makan Dari Tepi Makanan
Dari
Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah bersabda :
"Barakah
itu turun ditengah makanan, makanlah dari tepinya dan janganlah makan dari
tengahnya." (Tirmidzi 4/260, Ibnu Majah 2/1090, Ahmad 1/270, Ad-Darimi
2/100, Ibnu Hibban 7/333)
Dari
Abdullah bin Bassar bahwa didatangkan kepada Rasulullah r piring yang berisi
makanan, lalu Rasulullah bersabda :
"Makanlah
dari tepi-tepinya dan tinggalkanlah tengahnya niscaya makananitu
diberkahi." (Abu Dawud 4/143, Ibnu Majah 2/1090)
Didalam
dua hadits diatas atau hadits yang semisalnya terdapat petunjuk Rasulullah
kepada kaum muslimin ketika makan, hendaknya mereka memulai dari tepi-tepi
makanan, untuk mendapatkan barakah yang dijanjikan Allah akan turun ditengah
makanan, dan hendaknya mereka tidak memulai makan dari tengahnya sebelum makan
dari tepi-tepinya. Inilah adab umum terhadap orang yang akan makan sendiri atau
makan bersama orang lain.
Al-Khithabi
rh berkata : "larangan ini adalah larangan makan dari tengah piring jika
seseorang makan bersama orang lain, yang demikian itu dikarenakan tujuan yang
dicari dari makan itu adalah makanan yang paling baik dan paling utama, maka
jika seseorang mengambil makanan dan menggangu orang lain maka hal ini adalah
termasuk meninggalkan adab makan dan perangai yang jelek dalam pergaulan,
adapun jika seseorang makan sendiri maka tidak mengapa mengambil dari tengah
makanan, dan Allahlah yang lebih mengetahui tentang hal ini." (Ma'alim
As-Sunan lil Khithabi 4/124 dengan sedikit perubahan)
Tetapi
dhahir hadits tersebut adalah larangan umum, tersebut larangan dalam dua hadits
itu dengan bentuk larangan sendiri maupun banyak orang, dan barangkali maksud
dari hadits tersebut adalah menetapkan barakah makanan untuk waktu yang lebih
lama.
Kemudian
juga dalam adab ini (makan dari tepi makanan) adalah merupakan adab yang baik
terlebih lagi jika seseorang makan bersama-sama orang lain.
4.
Menjilat Jari - Jemari Sesudah Makan, dan Menjilat Piring Bekas Makanan Itu,
dan Makan Makanan yang Jatuh.
Didalam
shahih Muslim dari Anas t bahwasannya Rasulullah jika usai makan suatu makanan
beliau r menjilat tiga jarinya yang dipakai untuk makan, dan beliau bersabda :
"Jika
makanan salah seorang kalian jatuh maka hendaklah dibersihkan dari kotoran lalu
hendaknya memakan makanan itu, dan janganlah membiarkan makanan itu untuk setan
(tidak mengambilnya)."
Dan
beliau memerintahkan kita agar kita menjilati piring, berilau bersabda :
"Sesungguhnya
kalian tidak mengetahui dibagian mana makanan kalian diberkahi". (Muslim
3/1607)
Dan
didalam shahih Muslim juga dari Abu Hurairah t dari Nabi, beliau bersabda :
"Jika
salah seorang diantara kalian makan hendaknya menjilati jari-jemarinya, karena
sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu." (Muslim
3/1607)
Dalam
riwayat lain dari Jabir bin Abdillah t : Rasulullah bersabda :
"Janganlah
seseorang mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum menjilati
jari-jemarinya." (Muslim 3/1606)
Dan
hadits-hadits lainnya yang semisal ini.
Inilah
hadits-hadits yang mengandung bermacam-macam adab (ajaran) makan : diantaranya
adalah menjilat jari-jemari tangan untuk menjaga barakah makanan, dan
membersihkan jari-jemarinya, dan dianjurkan menjilati tempat makanan, dan makan
makanan yang jatuh sesudah dibersihkan dari kotoran yang terkadang mengenai
makanan itu atau hal-hal lain selain ini.
Imam
Nawawi rh menjelaskan makna sabda Rasulullah :
"Karena
sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu."
Imam
Nawawi berkata : "Maknanya (Allahu a'lam) bahwasannya makanan yang akan dimakan
seseorang terdapat barakah, dan ia tidak mengetahui dibagian mana barakah
makanan, apakah dimakanan yang ia makan, atau makanan yang menempel di
jari-jemarinya, atau makanan yang menempel di piringnya atau makanan yang
terjatuh, maka sepatutnya seseorang menjaga semua ini agar mendapatkan barakah.
Dan barakah itu adalah tambahan dan menetapnya kebaikan, dan mendapatkan
kenikmatan pada kebaikan itu. Dan yang dimaksud disini adalah (Allahu a'lam)
didapatkannya gizi dan selamatnya dari kotoran (hal yang menyakitkan), dan
menguatkan untuk taat kepada Allah, dan selain itu." (Syarah An-Nawawi li
shahihi Muslim 3/203,204 dengan sedikit perubahan)
Al-Khithabi
berkata, mengomentari anjuran untuk menjilat jari-jemari dan semisalnya :
"Sebagian kaum dari orang-orang yang hidup mewah menduga bahwasannya
menjilat jari-jemari itu adalah suatu yang jelek dan menjijikan, seolah-olah
mereka tidak mengetahui bahwasannya sesuatu yang dijilat pada jari-jemari atau
piring adalah bagian dari makanan itu sendiri yang mereka memakannya maka jika
seluruh bagian yang dimakan itu tidak menjijikan maka sudah barang tentu bagian
yang tersisa dari makanan yang menempel dalam jari-jemari itu tidak menjijikan
…….(Ma'alim As-Sunan 4/184 dengan sedikit perubahan)
Dan
dapat dilihat dari adab-adab Nabi tersebut anjuran untuk mendaptkan barakah
makanan dan memperolaehnya, sebagaimana didalam adab-adab tersebut terdpat
sikap menjaga untuk tidak menyia-nyiakan suatu bagian makanan yang mana hal ini
akan membantu untuk mengumpulkan harta dan tidak boros.
5.
Barakah Manimbang Makanan
Rasulullah
r menganjurkan untuk menimbang makanan dan beliau menjanjikan adanya barakah
dari makanan itu dari Allah U.
Tersebut
dalam shahih Bukhari satu hadits dari Al-Miqdam bin Ma'ad Yakrib dari Nabi
bahwasannya beliau bersabda :
"Timbanglah
makanan kalian niscaya akan diberkahi untuk kalian." (Bukhari 3/22)
Dan
Ibnu Majah ditambah : "Pada makanan kalian". (Ibnu Majah 2/750,751,
Ahmad 4/346, Ibnu Hibban 7/207)
Adapun
menimbang yang dianjurkan adalah pada hal-hal yang mana seseorang menginfaqkan
makanan itu untuk keluarganya, dan makna hadits tersebut diatas adalah :
"Keluarkanlah ukuran timbangan makanan yang telah diketahui yang mencapai
pada ukuran kalian, beserta barakah yang diletakkan Allah pada timbangan penduduk
Madinah dengan do'a Nabi." (Fathul Bari 4/346)
Dan
rahasia dalam menimbang ini adalah karena mengetahui apa yang akan dia makan
dan akan disiapkan seseorang. (Umdatul Qari' lil 'Aini 11/247)
Adapun
hadits Aisyah ra Rasulullah telah wafat dan tidak ada makanan yang beliau
simpan melainkan setengah tepung yang disimpan untukku, lalu aku makan darinya
hingga lama, lalu aku menimbangnya…….. (Bukhari 7/179, Muslim 4/2282)
Dan
hadits-hadits semisalnya, saya akan menjawabnya dengan beberapa jawaban dengan
berikut ini :
a.
bahwasannya yang dimaksud dengan hadits Al-Miqdam t diatas hendaknya seseorang
menimbang makanan ketika mengeluarkan nafkah (untuk keluarganya darinya) dengan
syarat sisanya itu ada dan tidak diketahui (dan barakah itu lebih banyak pada
suatu yang tidak diketahui dan samar) dan ia menimbang makanan yang akan
dikeluarkannya agar tidak keluar lebih dari kebutuhannya atau kurang dari
kebutuhannya. (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 18/107 dengan sedikit
perubahan)
b.
Dalam hadits itu ada kandungan dari makna Nabi : "Timbanglah makanan
kalian", artinya adalah jika kalian menyimpannya dan meminta barakah dari
Allah, percaya akan dikabulkan permintaan kalian, maka seseorang yang akan
menimbangnya sesudah itu hanyalah untuk mengetahui ukurannya, maka ia ragu
untuk diperkenankan permintaannya hingga di hukum Allah dengan cepat habisnya
makanannya. (Fathul Bari 4/346)
c.
Bahwasannya menimbang makanan hanylah diminta jika jual beli saja karena
barakah akan didapatkan dalam makanan itu dengan menimbangnya karena mengikuti
perintah syariat agama, dan hadits Aisyah diatas kandungannya adalah
bahwasannya Aisyah menimbang makanannya untuk mengetahui oleh karena itu
berkurang, dan pendapat lain ada yang mengatakan selain ini. (Fathul Bari
4/346)
Dan
pendapat yang mendekati kebenaran menurut saya adalah pendapat yang pertama,
karena sesungguhnya menimbang makanan dan mengetahui ukurannya disaat
menggunakannya untuk diambil sesuai dengan kebutuhannya akan menghalangi dari
melakukan perbuatan berlebih-lebihan dan boros.
Maraji':
Kitab
At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu.
Ditulis Oleh: Dr. Nashir bin Abdurrahman
bin Muhammad
0 Komentar untuk "Tata Cara makan yang benar dan berkah menurut islam"