Penduduk
Kota Padang sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau.Etnis lain yang juga
bermukim di sini adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh, dan Tamil.
Orang Minang di Kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam
Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari
seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya
dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk Kota
Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau.
Orang
Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa
mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada
tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di
Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak
juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula
yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini
menurunkan persentase suku Nias di Padang.
Belanda
kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara, serta ada juga
yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa
kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu, suku Madura, Ambon dan Bugis
juga pernah menjadi penduduk Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang
Padri. Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang
Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah
membaur dan biasanya berbahasa Minang. Pada tahun 1930 paling tidak 51%
merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan
15% Kwongfu.
Suku
Tamil atau keturunan India kemungkinan datang bersama tentara Inggris. Daerah
hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari
mereka yang bermukim di Kota Padang sudah melupakan budayanya. Orang-orang
Eropa dan Indo yang pernah menghuni Kota Padang menghilang selama tahun-tahun
di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).
AGAMA
Mayoritas
penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang
Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan
Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau.
Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh
masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang.
Masjid
Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun
1700. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke
lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini di
antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution.[59] Bahkan
Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi
tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu
itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.
Gereja
katholik dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota ini,
walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun 1834,
seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.
Dalam
rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para
penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini
diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.
Sumber : Wikipedia
Sumber : Wikipedia
0 Komentar untuk "Ragam Suku di Kota Padang dan Agama yang dianut"