I.
Pendahuluan
Berbicara tentang filsafat, kita harus
tahu terlebih dahulu apa arti filsafat itu sendiri. Kata filsafat atau
falsafat, berasal dari bahasa Yunani: philoshophia yang banyak diperoleh
pengertian-pengertian, baik secara harfiah atau etimologi. Terdiri dari kata
philos yang berarti cinta, gemar, suka dan kata sophia berarti pengetahuan,
hikmah dan kebijaksanaan. filsafat menurut arti katanya dapat diartikan sebagai
cinta, cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah juga
kebijaksanaan.
Didalam filsafat pendidikan, akan kita
jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya akan menambah wawasan keilmuan
kita. Dan didalam makalah yang singkat ini akan diterangkan mengenai pengertian
filsafat, objek kajian filsafat, serta fungsi dan tugas filsafat pendidikan itu
sendiri.
II.
Pembahasan
A. Pengertian Filsafat Pendidikan dan
Perspektif Islam
1. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada umumnya dan
filsafat Islam pada khususnya adalah bagian dari ilmu filsafat, maka dalam
mempelajari filsafat pendidikan perlu memahami terlebih dahulu tentang
pengertian filsafat terutama dengan hubungannya dengan masalah pendidikan
khususnya pendidikan Islam.
Kata filsafat atau falsafat, berasal
dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata philoshophia yang berarti
cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka
dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily
mengatakan bahwa filsafat menurut arti katanya adalah cinta akan kebenaran.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta
kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.
Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai akan kebenaran, berilmu
pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Berbagai pengertian (definisi) tentang
Filsafat Pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli, Al-Syaibany
mengartikan bahwa filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang
menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat
menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan
faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu, filsafat juga
didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam
bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek
pelaksana falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip
dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Barnadib mempunyai versi pengertian atas
filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat
filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu
analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.
2. Perspektif Islam
Pegertian filsafat berasal dari kata
Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti
cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom).
Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut
failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A.
mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan
sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang
pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas
dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah
cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya.
B. Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
1. Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
Dalam rangka menggali, menyusun, dan
mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan
Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran
kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
a) Pemikiran kefilsafatan harus bersifat
sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang
hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara
sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
b) Tinjauan terhadap permasalahan yang
dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai
keakar-akarnya.
c) Ruang lingkup pemikirannya bersifat
universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang
menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan
yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang
maupun masa mendatang.
d) Meskipun pemikiran yang dilakukan
lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari
dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu
alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai
obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada
obyek yang dipikirkannya.
Pola dan sistem berpikir filosofis
demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai
berikut:
a) Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam
permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan
perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b) Ontologi yaitu suatu pemikiran
tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses
kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang
menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah
dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan
alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.
Secara makro (umum) apa yang menjadi
obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek
pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek
filsafat pendidikan meliputi:
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat
pendidikan (The Nature of Education).
b. Merumuskan sifat hakikat manusia
sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c. Merumuskan secara tegas hubungan
antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d. Merumuskan hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e. Merumuskan hubungan antara filsafat
negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem
pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau
isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut
diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah
semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami
hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.
2. Analisis Filsafat tentang Masalah
Pendidikan
Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan pada hakikatnya
keduanya adalah proses yang satu.
Dengan pengertian pendidikan yang luas,
berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula,
yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh,
berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan
anlisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1) Masalah pendidikan pertama yang
mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan. Mengapa harus ada pada
manusia dan merupakan hakikat hidup manusia.
2) Apakah pendidikan itu berguna untuk
membina kepribadian manusia?
3) Apakah sebenarnya tujuan pendidikan
itu?
Problema-problema tersebut merupakan
sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan yang dalam pemecahannya
memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis atau analisa
filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut analisa filsafat
menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.
Diantara pendekatan yang digunakan antara lain:
a) Pendekatan secara spekulatif
b) Pendekatan normatif
c) Pendekatan analisa konsep
d) Analisa ilmiah
Selanjutnya Harry Scofield, sebagaimana
dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan
bahwa dalam analisa filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua
macam pendekatan yaitu pendekatan filsafat historis dan pendekatan dengan
menggunakan filsafat kritis.
Dengan pendekatan filsafat historis
yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang
diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat
sepanjang sejarah. Dalam sejarah filsafta telah berkembang dalam bentuk
sistematika, jenis dan aliran-aliran filsafat tertentu.
Adapun cara pendekatan filsafat kritis,
dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan
diusahakan jawabannya secara filosofis pula dengan menggunakan berbagai metode
dan pendekatan filosofis. Selanjutnya Schofield mengemukakan ada dua cara
analisa pokok dalam pendekatan filsafat kritis yaitu analisa bahasa
(linguistik) dan analisa konsep. Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan
interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.
Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah
(kata-kata) yang mewakili gagasan.
C. Fungsi dan Tugas Filsafat Pendidikan
1. Fungsi dan Tugas Filsafat Pendidikan
Sebagai ilmu, pendidikan Islam bertugas
untuk memberikan penganalisaan secara mendalam dan terinci tentang
problema-problema kependidikan Islam sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan
Islam sebagai ilmu, tidak melandasi tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi
memperhatikan juga fakta-fakta empiris atau praktis yang berlangsung dalam
masyarakat sebagai bahan analisa. Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat
diselasaikan bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek,
karena pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam
dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi
interaksi (saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama
lain dapat mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta
idealisasi kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang
memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang
ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi.
Dengan demikian filsafat pendidikan
menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam tentang hakikat masalah
yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan
landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan.
Tugas filsafat adalah melaksanakan
pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam
dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal
(sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk
pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi”
(tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia
(natropologi centra) yang meliputi:
• Induvidualisme
• Sosialitas
• Moralitas
Ketiga kemampuan tersebut berkembang
dalam pola hubungan tiga arah yang kita namakan “trilogi hubungan” yaitu:
• Hubungan dengan Tuhan, karena ia
sebagai makhluk ciptaan-Nya.
• Hubungan dengan masyarakat karena ia
sebagai masyarakat.
• Hubungan dengan alam sekitar karena ia
makhluk Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam
sekitar yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut bumi ini.
2. Analisis Hubungan Filsafat dengan
Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita
dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada
cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat
hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin
ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa
yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan
dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis
terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan
hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu
pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori
pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan
vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau
keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan
sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis
pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan
penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau
guru pada khususnya.
Dalam buku filsafat pendidikan karangan
Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen
mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara
yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena
kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara
bersama-sama.
III. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kata filsafat
berasal dari bahasa Yunani: philoshophia. Terdiri dari kata philos yang berarti
cinta, senang, suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat menurut arti katanya
adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan.
Diantara tugas filsafat antara lain
adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan
spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis,
A.
Pengertian Pendidikan Islam
Ada
tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan
tentang ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam
mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai
ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal). (Hasan Langgulung : 1988).
1.
Istilah al-Tarbiyah
Kata
Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (رَبَّى), yurabbi (يُرَبِّى) menjadi
“tarbiyah” yang mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam
statusnya sebagai khalifah berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari
Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi
Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai bagian dari alam memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai
khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk memadukan pertumbuhan dan
perkembangannya bersama dengan alam. (Zuhairini, 1995:121).
2.
Istilah al-Ta’lim
Secara
etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu
pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an
ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep
ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan
dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara
pengetahuan Adam as dengan Tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).
3.
Istilah al-Ta’dib
Menurut
al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah
al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ
بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن على}
Artinya
: “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku”
(HR.
al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib
berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam
diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan
berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang
tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Dari
bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem
yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan ideologi Islam. (Samsul Nizar, 2002:32)
. HAKEKAT PENDIDIKAN
Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.
Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi).
Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.
Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.
Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi).
Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.
0 Komentar untuk "Makalah Filsafat Pendidikan dan Perspektif Islam"