PENGERTIAN
TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA
Tauhid
menurut bahasa adlah
mengEsakan, Sedangkan menurut syariat adalah meyakini keesaan
Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang
akidah atau kepercayaan kepada Allah dngan didasarkan pada dalil-dalil yang
benar. Tidak ada yang
menyamainya dan tak ada padanan bagiNya. Mustahil ada yang mampu menyamaiNya.
Dalilnya dari firman-firman Allah,
di
samping dalil-dalil aqliyah :
“Dia adalah
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan, dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula,
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu yang
serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
(QS 42:11)
Seluruh alam
semesta ini diciptakan oleh Allah, dan tidak ada pelaku yang bertindak sendiri
dan merdeka sepenuhnya selain Allah.
Di bawah ini akan
dibahas macam-macam tauhid, diantaranya Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan
Tauhid Asma’ Wa Sifat.
Tauhid Asma’ Wa
Sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana
yang diterangkan dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul-Nya. Maka barang siapa yang
mengingkari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya atau menamai Allah dan
menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya atau menakwilkan
dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan
berdusta terhadap Allah dan Rasulnya.
Allah Ta’ala berfirman
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. Asy-Syuura : 11)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah
tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam” (Mutafaqqun
‘Alaih). Di sini turunnya Allah tidak sama dengan turunnya
makhluk-Nya, namun turunnya Allah sesuai dengan kebesaran dan keagungan dzat
Allah.
Sifat-sifat Allah
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
· Sifat
Dzatiyah
Sifat Dzatiyah
yaitu sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya. Sifat ini berpisah dengan
dzat-Nya. Seperti berilmu, kuasa atau mampu, mendengar, bijaksana, melihat,
dll.
· Sifat
Fi’liyah
Sifat Fi’liyah
adalah sifat yang Dia perbuat jika berkehendak. Seperti bersemayam di atas
‘Arasy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga akhir malam, dan dating
pada Hari Kiamat.
Tauhid asma’ wa
sifat ini juga berpengaruh dalam bermuamalah dengan Allah. Di bawah ini
contoh-contohnya :
· Jika
seseorang mengetahui asma’ dan sifat-Nya, juga mengetahui arti dan maksudnya
secara benar maka yang demikian itu akan memperkenalkannya dengan Rabbnya
beserta keagungan-Nya. Sehingga ia tunduk, patuh, dan khusyu’ kepada-Nya, takut
dan mengharapkan-Nya, serta bertawassul kepada-Nya.
· Jika
ia mengetahui jika Rabbnya sangat dahsyat azab-Nya maka hal itu akan membuatnya
merasa diawasi Allah, takut, dan menjauhi maksiat terhadap-Nya.
· Jika
ia mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun, Penyayang, dan Bijaksana maka hal itu
akan membawanya kepada taubat dan istighfar, juga membuatnya bersangka baik
kepada Rabbnya dan tidak akan berputus asa dari rahmat-Nya.
· Manusia
akan mencari apa yang ada di sisi-Nya dan akan berbuat baik kepada sesamanya.
Kajian tentang Iman, Islam dan
Ihsan merupakan pokok (rukun) agama. Ketiga hal ini merupakan hal
yang prinsip dalam ajaran agama Islam, Ketiga aspek tersebut harus ada dalam
setiap pribadi ummat, karena ketiga-tiganya saling berkaitan, untuk mencapai
muslim yang sejati. Di dalam Al-quran sendiri, Kata amana dengan
berbagai bentuk kata turunannya dijelaskan Allah dalam 861 ayat. Sedangkan kata
aslama dengan berbagai bentuk kata turunannya dijelaskan Allah dalam 138
ayat. Sedangkan kata hasana dengan berbagai bentuk kata turunannya
dijelaskan Allah dalam 189 ayat.[1] Oleh karena
begitu banyak ayat-ayat yang membicarakan tentang ketiga aspek tersebut,
menunjukkan hal tersebut begitu urgen dan harus dipahami dan diamalkan
dalam kehidupan.
b.
Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah
yaitu ibadah. Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para
hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban,
raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan
inabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para
rasul. Disebut demikian, karena tauhid uluhiyah adalah sifat Allah yang
ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah” yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki
uluhiyah), dan juga karena tauhid uluhiyah merupakan pondasi dan asas tempat
dibangunnya seluruh amal. Juga disebut sebagai tauhid ibadah karena ubudiyah
adalah sifat ‘abd (makhluknya) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
(Q.S. Al-Baqarah : 163)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maka
hendaklah apa yang kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah syahadat
bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah” (Mutafaqqun
‘Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari,“Sampai mereka mentauhidkan
Allah”.
Manusia ditentukan
oleh tingkatan din. Din sendiri berarti ketaatan. Di bawah ini adalah tingkatan
din :
· Islam
Islam menurut
bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut syara’, Islam berarti
pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepada-Nya, taat, dan
membebaskan diri dari syirik dan pengikutnya.
· Iman
Iman menurut
bahasa berarti membenarkan disertai percaya dan amanah. Sedangkan menurut
syara’, iman berarti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan
perbuatan dengan anggota badan.
· Ihsan
Ihsan menurut
bahasa berarti kebaikan, yakni segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji.
Sedangkan menurut syara’ adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh baginda Nabi
yang artinya “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika
engkau tidak bias melihay-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu
Taimiyah berkata “Ihsan itu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada Allah dan
perbuatan baik yang dicintai oleh Allah”.
Rasulullah
menjadikan din itu adalah Islam, Iman, dan Ihsan. Maka jelaslah bahwa din itu
bertingkat, dan sebagian tingkatannya lebih tinggi dari yang lainnya. Tingkatan
yang pertama adalah Islam, tingkatan yang kedua adalah Iman, dan tingkatan yang
paling tinggi adalah Ihsan.
c.
Tauhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyah
yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia
sendiri yang menciptakan segenap makhluk-Nya. Dan alam semesta ini diatur oleh
Mudabbir (Pengelola), Pengendali Tunggal, Tak disekutui oleh siapa dan apapun
dalam pengelolaan-Nya. Allah menciptakan semua makhluk-Nya di atas fitrah
pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musrik yang menyekutukan
Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-Nya. Jadi jenis tauhid
ini diakui semua orang. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainnya. Adapun orang
yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya
masih tetap meyakini-Nya.
Alam semesta dan
fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah. Sesungguhnya alam semesta ini (langit,
bumu, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan, malaikat, serta
manusia) seluruhnya tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah. Tidak satupun
makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya
masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. Penciptanya
sama sekali tidak mempunyai sifat kurang, lemah, dan cacat. Tidak satupun dari
makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan qadha’-Nya. Tidak ada daya
dan upaya kecuali atas izin Allah. Dia adalah Pencipta dan Penguasa alam, semua
adalah milik-Nya. Semua adalah ciptaan-Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah,
membutuhkan, dan dikendalikan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S.
Al-Fatihah : 1)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Engkau
adalah Rabb di langit dan di bumi” (Mutafaqqun ‘Alaih)
Tauhid Rububiyah
mengharuskan adanya Tauhid Uluhiyah. Hal ini berarti siapa yang mengakui tauhid
rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki, dan
pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak
menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah. Dan itulah yang disebut
Tauhid Uluhiyah. Jadi tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah.
Jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid
rububiyah. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah.
0 Komentar untuk "PENGERTIAN TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA"