MACAM-MACAM TAUHID DAN PENGERTIAN TAUHID

MACAM-MACAM TAUHID DAN PENGERTIAN TAUHID

 Pengertian Tauhid

Tauhid menurut bahasa, lafadz  Tauhid adalah masdar dari   وَحَّدَ- يُوَحِّدُ- تَوْحِيْدًا yang memiliki arti mengesakan sesuatu dan menafikan sesuatu tandingan yang berbilang dari padanya.

Sedang menurut istilah: Tauhid adalah mengesakan Allah SWT dan menafikan sekutu dan tandingan  dari dzat  Allah SWT, sifat-sifat dan perbuatan (Af’al) Nya, juga menafikan sekutu dan tandingan dalam sifat-sifat Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah SWT.

Allah berfirman:
Artinya: “Katakanlah: “Siapakan yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan buki, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang matidan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? “maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa Kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS: 10:31)

Allah SWT berfirman dalam menafikan sekutu dari Dzat-Nya:
Artinya: “Katakanlah : “Dialah Allah, Yang Maha Esa (1). Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu (2).  Dia Tidak beranak dan pula tidak diperanakkan (3). Dan tidak ada yang setara dengan Dia (4) “ (QS: Al Ikhlas)

Allah berfirman dengan menafikan sekutu dalam ibadah.
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq untuk diibadahi) melainkan Allah” (QS: 47:19)

Macam-macam Tauhid.
Para ulama tauhid membagi tauhid menjadi tiga macam yaitu: tauhid rubbubiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma wasifat.

Macam-macam Tauhid.

Para ulama tauhid membagi tauhid menjadi tiga macam yaitu:

  1. tauhid rubbubiyyah
  2.  tauhid uluhiyyah 
  3.  tauhid asma wasifat.


A. TAUHID RUBUBIYYAH

Pengertian Tauhid Rubbubiyyah
Kalimat Tauhid Rubbubiyyah terdiri dari 2 kata yaitu Tauhid dan kata Rububiyyah. Kata tauhid sudah dijelaskan diawal bahasan ini, sedang kata Rububiyyah dalam bahasa Arab diambil dari kata    رب yang memiliki arti:

  السيـد    (Tuan).
  المالك   (Pemilik).
  المربي  (Pengurus atau Pendidik).
  المصلح  (Yang membereskan).
   المعبود بحق  (yang disembah dengan haq).

Maka dengan demikian dapat disimpukan pengertian Tauhid Rububiyyah adalah: “Mengesakan Allah SWT dalam sifat-sifat Rububiyyah-Nya yang mencakup sifat; mencipta, memberi rizki, memiliki, menguasai, mengurus dan mendidik, membereskan dan mengatur serta menafikan sekutu dan tandingan dari pada-Nya.


Fitrah yang Suci Mengakui Tauhid Rububiyyah Bagi Allah SWT

Manusia yang memiliki akal dan fitrah yang bersih pasti dengan tegas akan mengambil kesimpulan bahwa tidak ada satupun makhluk yang pantas memiliki satu apalagi lebih diantara sifat-sifat Rububiyyah yang mutlak milik Allah SWT. Dalam hal ini cukuplah sebagai saksi atau dalil pengakuan orang-orang musyrik Arab akan sifat-sifat Rububiyyah bagi Allah SWT. Dan Al Quran Al Karim telah mengabadikan kesaksian dan pengakuan mereka dalam banyak ayat.

Allah SWT  Berfirman:
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab: “semua diciptakan oleh Yang  Maha Kuasa dan Maha Mengetahui”.
 (QS: Az Zukhruf: 9)

Allah SWT Berfirman:
Artinnya: “Katakanlah: “Siapakah yang memiliki langit yang  tujuh atau memiliki Arsy yang besar, mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah  kalian  tidak bertaqwa?”  (QS: Al Mu’minun: 86 – 87).


Fenomena Syirik Dalam tauhid Rububiyyah di Tengah-Tengah Ummat

1. Keyakinan di tengah masyarakat muslim yang awam bahwa, ada diantara para wali dan orang sholeh yang memiliki kemampuan tertentu dalam mengubah nasib seseorang seperti meraih jabatan, mendapatkan jodoh, memberi manfaat atau madhorot kepada orang lain dan sebagainya. Sehingga biasanya mereka diundang atau didatangai hanya dalam rangka untuk mewujudkan maksud atau kebutuhan-kebuthan tersebut. Maka ini jelas merupakan syirik yang keluar dari Tauhid Rububiyyah karena kemampuan-kemampuan tadi adalah hanya wewenang mutlak milik Allah SWT.

2. Peraasaan takut terhadap jin yang lahir karena susatu keyakinan yang salah bahwa bangsa jin lebih hebat dan lebih tahu akan masalah ghoib sehingga mereka dimintakan pertolongan dan perlindungan setelah sebelumnya mereka diberikan sesaji. Dan jelas ini adalah bentuk syirik menyekutukan Allah SWT dengan syetan dari bangsa jin wal’iyadza billahi.

3. Sikap berlebihan kepada para wali dan oaring sholeh yang lebih banyak terjadi dikalangan ahli tarekat dan sufi, sehingga sampai kepada sikap mengkultuskan mereka. Dan ini adalah sikap yang dilarang dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:
           
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْـلَكُمْ الْغُلُوُّ                                                                                            
Artinya : “Jauhilah sikap berlebihan (Ghuluw) karena yang mnenghancurkan ummat terdahulu sebelum kalian adalah sikap berlebihan”.

4. Keyakinan bahwa arwah para wali atau orang sholeh memiliki kemampuan untuk membantu orang yang masih hidup, sehingga mereka berbondong-bondong kekuburan untuk meminta bantuan dan berdo’a dengan harapan agar mereka bisa keluar dari kesulitan yang dihadapi atau terlaksananya keinginan yang di cari. Dan ini jelas adalah bentuk syirik dalam Rububiyyatullah.

5. Patuh dan tunduk kepada para pembuat hukum atau kebijakan yang bertentangan dengan prinsip dan nilai-nilai hukum Allah SWT tanpa ada perasaan menyesal atau mengingkari. Jelas ini adalah sebuah kemusyrikan terhadap Rububiyyatullah.

B.TAUHID ULUHIYYAH DAN FENOMENA KEMUSYRIKAN

Pengertian Tauhid Uluhiyyah.
Sinonim kata Uluhiyyah adalah Ibadah maka Tauhid Uluhiyyah adalah “ “Mengesakan Allah SWT dalam beribadah kepada-Nya dalam berbagai macam bentuk ibadah yang telah disyari’atkan, baik ibadah qolbiyyah ( ibadah yang merupakan pekerjaan hati ) atau ibadah jasadiyyah ( ibadah fisik ) tanpa menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun dalam berbagai macam bentuk ibadah”.


Tauhid Uluhiyyah Adalah Inti Dakwah Para Rasul

Allah SWT telah menegaskan dalam banyak ayat, bahwa tugas para Nabi dan Rasul adalah mengajak dan memberikan peringatan kepada ummatnya untuk menyembah Allah SWT dan tidak menjadikan sekutu dalam beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:

Artinya :” Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) “Sembahlah Allah dan jauhilah Thogut” (QS: An Nahl : 36)

Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, malainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasannya tidak ada Tuhan (yang Haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku”. (QS: Al Anbiya : 25).


Kedudukan Tauhid Uluhiyyah Diantara Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Asma’ Washifat

Tauhid Uluhiyyah adalah bagian yang terpenting dalam aqidah seorang mu’min karena ia adalah buah dan hasil dari tauhid Rububiyyah dan Tauhid Asma’ Washifat, karena tanpa adanya tauhid Uluhiyyah maka Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Asma’ Washifat akan menjadi hambar maknanya dan akan hilang faidahnya.Maka pantas Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk beribadah dengan ikhlas kepadanya.

     قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْـلِصاً لَهُ الدِّيْنَ                                                          
 Artinya: “Katakanlah,“Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan    ikhlas kerena-Nya dalam (menjalankan)  agama”. ( QS: Az Zumar: 1 ).

Dan sebenarnya Allah SWT sudah memerintahkan seluruh manusia untuk senantiasa beribadah hanya kepada-Nya dan tidak berbuat kemusyrikkan. Allah Berfirman:

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْـرِكُوْا بِهِ شَيْـئًا
Artinya: “Dan Sembahlah Allah dan jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun" (QS: An Nissa:36).


C.TAUHID ASMA’ WASIFAT

Makna tauhid Asma’ Wasifat

Yaitu beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang diterangkan dalam Al Quran dan Sunnah Rosulnya menurut apa yang pantas bagi Allah  tanpa ta’wil dan ta’thil dan tanpa takyif serta tamtsil.Berdasarkan firman Allah SWT:

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, Dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS: Asyura: 11).

Manhaj ulama Salaf Dalam Tauhid Asma’ Wasifat 

Yaitu mengimani dan menetapkannya sebagaimana Ia datang tanpa tahrif (mengubah), Ta’thil (menafikan), Takyif (menanyakan bagaimana) dan Tamtsil (Menyerupakan) dan hal ini termasuk pengertian kepada Allah.

Imam Ahmad berkata: “Allah tidak boleh disifati kecuali dengan apa yang disifati olehnya untuk dirinya dan atau apa yang disifatkan oleh Rosulnya, serta tidak boleh melampaui Al Quran dan Al Hadits”. Manhaj salaf menyifati Allah dengan apa yang Dia sifatkan untuk DiriNya dan dengan apa yang disifatkan oleh RosulNya, tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil,


0 Komentar untuk "MACAM-MACAM TAUHID DAN PENGERTIAN TAUHID"

 
Copyright © 2014 Damai7 - All Rights Reserved
Template By. Konsen Fokus